Jumat, 20 Mei 2011

Nasehat Persahabatan part 2

            Katie berkerja keras untuk menghadapai hari ini. Langkah-langkah indah, gerakan dasar, tendangan tinggi senyum yang antusias – Dia telah menguasai semuanya dengan harapan memenangkan perhatian juri. Ujian penerimaan cheerleader  akan dilakukan hari ini.
            Katie tiba lebih awal di gym, tempat ujian diadakan. Ia lalu menarik nomor undi. Nomor dua! Dia berdebar-debar. Hal ini membuat dia lebih dulu memberikan penampilan ketimbang cewek-cewek lain. Hal ini sangat berarti bagi Katie. Ia sangat berharap menjadi cheerleader, dan berada di urutan ke 2 lebih dari yang ia harapkan.
            Cewek-cewek yang lain tiba. Beberapa dari mereka senang, beberapa terlihat gugup.  Semua melatih gerakannya dengan gelisah. Katie kembali melihat jam tangannya. Tinggal beberapa menit lagi, gilirannya akan segera tiba.
            Dengan gugup ia melihat sekeliling, Katie melihat Jenna, teman di kelas bahasa Inggris, sedang berdiri sendirian. Jenna terlihat stres. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Katie prihatin, ia pun menghampiri Jenna.
            “Hai, Jenna!” sapa Katie.
            “Oh, hai Katie,” jawab Jenna cepat, tanpa mengangkat wajahnya.
            “ Semua orang gembira menyambut ujian ini. Mereka berlatih seperti orang gila. Apa kamu tidak ingin berlatih?maksudku, jika kau membutuhkan bantuan, aku bisa membantu.” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Katie, padahal ujian akan segera dimulai.
            “Tidak, terima kasih Katie. Aku sangat tahu tengtang Cheers. Bukan itu masalahnya.” Jenna menatap Katie. “Aku baru terima kabar kalau kakekku masuk rumah sakit. Aku ingin ke sana, tapi aku sudah berlatih keras untuk ujian ini. Aku ingin sekali menjadi seorang cheerleader. Kamu tahu, aku berada di urutan 27 dari 29 orang cewek. Aku tidak tahu haruskah aku menunggu selama itu.” Jenna terlihat  sangat sedih.
            Tiba-tiba Katie merasa perutnya mulas. Dia peduli pada Jenna dan tahu apa yang ia rasakan. Namun jika ia menukar nomor urutnya, ia mungkin akan merusak kesempatan untuk bergabung dengan cheerleader. Ia pun berpikir jika memang nasibku diterima menjadi cheerleader, aku pasti akan berhasil. Jika tidak, aku tidak akan berhasil. Asib kakek Jenna jauh lebih penting  ketimbang penampilan perdanaku di depan juri.
            “Dengar Jenna, aku mendapatkan nomor urut 2. Kenapa kita tidak bertukar nomor saja? Kamu bisa pergi ke rimah sakit dan membesuk kakekmu.”
            “Kamu serius?” tanya Jenna penuh harap.
            “Ya, bena.” Katie tersenyum.
            “Nomor dua.” Pimpinan tim berseru. Katie menukar nomornya dengan Jenna. Setelah saling berpelukan, Jenna masuk ke ruang ujian. Katie bahagia melihat Jenna bahagia.
            Nah, kita pasti pernah berada dalam posisi seperti Katie. Tapi apakah kita mau berkorban seperti Katie? Pengorbanan adalah 1 hal yang penting dalam persahabatan. Saling membatu saat kesusahan juga diperlukan. Tak mungkin kita semua dapat bekerja sendiri. Pastinya kita perlu bantuan orang lain.
            Selain pengorbanan, ada juga perhatian dan juga kasih. Kasih dan perhatian ini penting dalam persahabatan. Katie menunjukan perhatiannya dan menunjukan kasihnya pada Janne. Begitu juga kita harus mengasihi dan memberi perhatian pada sahabat kita. Orang yang penuh kasih tidak egois. Mereka selalu mendahulukan orang lain ketimbang dirinya sendiri.
            KESIMPULANNYA, persahabatan nggak hanya butuh keterbukaan (yang sudah dibahas di “Nasihat Persahabatan”  sebelumnya), namun juga perlu kasih dan pengobanan. Cukup sekian. To be  Continue :D

0 Comment:

Posting Komentar